Teori Belajar dan Prinsip-Prinsipnya
- 13.27
- by
- Faisal Ahmad
A. Pengertian Teknologi Pendidikan
Teknologi
pendidikan bukan segala peralatan elektronik yang mengandung perangkat keras
dan perangkat lunak, namun yang dimaksud teknologi pendidikan yaitu system
untuk mengelola hasil hingga terdapat nilai tambah.
Unsur
dalam teknologi pendidikan ada empat unsur, :
1.
Belajar
2.
Sumber-sumber
3.
Pendekatan system
4.
Pengelolaan
Dalam
hal ini peserta didik melaksanakan sendiri belajar sedangkan guru dan
perancangan pembelajaran sebagai pengaruh (penyedia fasilitas).
B. Teori-teori Belajar
Ada
beberapa teori belajar yang disampaikan dalam buku ini, sebagai berikut:
1. Behaviourisme
Perilaku peserta didik akan berubah
setelah belajar. Pada teori ini ada aksi ada reaksi, itulah inti behaviourisme.
Pada siswa apabila perilakunya diberi respon yang positif (+) maka siswa akan
cenderung mengulangi perilaku tersebut, dan apabila respon negative (-) maka
siswa cenderung mengurangi perilakunya.
2. Kognitivisme
Merupakan perilaku perubahan dalam
belajar, berpikir dan penalaran. Pada dasarnya, perilaku pada teori ini dapat
digambarkan peserta didik bereksperimen sendiri dalam hal belajar sehingga
peserta didik dapat memperoleh sendiri suatu konsep yang sedang diapelajari
walaupun sudah dijelaskan oleh gurunya. Jadi peserta didik menyatukan sendiri
pengetahuan yang didapatnya dari bereksperimen dengan pengetahuan yang berasal
dari gurunya tadi. Perkembangan kognitif ini memiliki beberapa faktor yaitu
kematangan, pengalaman aktif, interaksi sosial dan equlibrasi.
Tahapan perkembangan anak menurut Piaget
dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Tahap
Sensorimotor (umur 1,5 - 2 tahun) :
anak baru bisa mengenali, melihat, mendengar, menyentuh, dan membau objek-objek
di sekitarnya.
b. Tahap
Praoperasional (umur 2 – 7 tahun) :
penggunaan bahasa oleh anak menjadi lebih baik, ketika anak berbicara keras
ataupun diam maka ia sedang berpikir.
c. Tahap
Operasional Konkrit (umur 7 – 11 tahun) :
mulai menggunakan logika orang dewasa namun hanya pada situasi konkrit.
Berpikir logis tentang sesuatu yang dialami namun belum bisa mengambil
hipotesis.
d. Tahap
Operasional Formal (umur 14 tahun keatas) :
sudah bisa berpikir logis dan mengambil hipotesis atas sesuatu yang terjadi.
Anak sudah dapat mengerti apabila ia melakukan kesalahan maka akibatnya apa,
dan ia akan berpikir untuk tidak melakukan kesalahaan lagi.
3. Konstruktivisme
Dalam teori ini belajar digambarkan
sebagai pentransformasi pengetahuan baru. Jadi peserta didik membentuk
pengetahuan dari pengalaman-pengalamannya, struktur mental dan keyakinan yang
digunakan untuk menginterprestasikan objek-objek serta peristiwa-peristiwa.
Prinsip
teori ini :
1.
Memunculkan masalah yang relevan pada
peserta didik
2.
Menstrukturkan belajar sekitar “ide
besar”
3.
Menilai sudut pandang peserta didik
4.
Penyesuaian kurikulum untuk memunculkan
perkiraan peserta didik
5.
Menilai kegiatan belajar peserta didik
dalam konteks pembelajaran
4. Pemrosesan
Informasi
Disebut juga model linier karena
kemajuan-kemajuan informasi melalui sistem sepanjang jalan lurus yang langsung.
Menekankan bagaimana peserta didik menerima suatu informasi hingga diproses.
Keterangan:
Sensory
Register :penyimpanan
ingatan yang sangat singkat
Short Term Memory :informasi diidentifikasi dan
diikuti, diteruskan ke struktur berikutnya
Long Term Memory :bentuk struktural yang
menyimpan ingatan jangka panjang, melalui proses latihan dan pengulangan
C.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran
Teknologi
pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori
psikologi, terutama teori belajar dan hasil penelitian dalam bidang
pembelajaran.
Prinsip-prinsip
itu sebagai berikut:
1. Respon-respon
baru diulang sebagai akibat dari respon tersebut.
2. Pengaruh
kondisi dan tanda-tanda yang terdapat di lingkungan peserta didik yang
mempengaruhi perilaku peserta didik.
3. Memperkuat
pengetahuan dan keterampilanyang telah dikuasai peserta didik.
4. Belajar
berupa respon terhadap tanda-tanda yang terbatas kemudian ditransfer pada
situasi lain secara terbatas.
5. Belajar
menggeneralisasikan dan membedakan sesuatu yang kompleks.
6. Memperhatikan
status mental peserta didik untuk menghadapi pelajaran akan berpengaruh
terhadap perhatian dan ketekunan selama proses belajar.
7. Memberi
kegiatan yang terbagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik
untuk penyelesaian tiap langkah akan membantu peserta didik.
8. Memecah
materi pelajaran yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil.
9. Keterampilan
tingkat tinggi seperti keterampilan memecahkan masalah.
10. Memberi
motivasi kepada peserta didik bahwa ia lebih mampu dalam keterampilan
memecahkan masalah.
11. Variasi
penguasaan terhadap pelajaran yang terdahulu.
12. Dengan
persiapan dapat membuat peserta didik mengembangkan kemampuan mengorganisasikan
kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik untuk membuat respon
yang benar.
Daftar Pustaka
0 comments:
Posting Komentar